Sabtu, 24 November 2012

PERTEMUAN ORANG TUA DI PAUD



       A.    Merancang agenda pertemuan orang tua
Konferensi guru dan orang tua dari murid diadakan beberapa kali untuk memberi informasi kepada orang tua mengenai kemajuan anak-anak.para guru melaporkan bahwa konferensi itu produktif dalam memberikan pengertian yang dalam tentang anak.orang tua juga percaya bahwa konferensi itu menguntungkan karena mereka mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan,mendapat jawaban atas pertanyaan mereka.
Agar konferensi orang tua berjalan dengan lancar maka guru harus membuat perencanaan, sebelum konferensi anatar guru dan orang tua dilaksanakan maka guru harus mengirim sebuah agenda kepada orang tua murid,agenda tersebut berisi daftar waktu,tempat dan masalah masalah yang akan dibahas oleh guru kepada orang tua murid.dan guru menyiapkan ruang untuk orang tua menjawab.kemudian telusuri map setiap anak dan buatlah catatan tentang kemajuannya di taman kanak-kanak.dan guru dan orang tua saling memberi pendapat tentang anak.Kemudian orang tua dan guru saling berkomunikasi untuk memecahkan masalah atau isu yang muncul selama konferensi terjadi.

Ada tiga alasan utama melibatkan orangtua peserta didik dalam pengembangan pendidikan di sekolah. Pertama, melalui keterlibatan orangtua akan mempunyai pengetahuan lebih banyak mengenai urusan-urusan sekolah. Kedua, lewat keterlibatan yang dilakukan orangtua peserta didik, sekolah akan memperoleh gagasan keahlian, yang semuanya akan membantu sekolah ke arah lebih baik. Ketiga, dengan keterlibatan orangtua peserta didik akan berada dalam posisi yang jauh lebih baik untuk mengevaluasi sekolah secara adil dan efektif, (Gorton; 1976:348-349).
Dalam perencanaan pertemuan dengan orang tua dipaud,kadang kalanya orang tua tidak dapat melakukan pertemuan dipaud,dan alternatif lainnya dengan melakukan home visit.
Pada hakekatnya kegiatan home visit ini adalah salah satu usaha menciptakan suasana pendidikan yang kondusif, harmonis antara pihak sekolah dan orangtua peserta didik. Dengan ada home visit ini, maka tindakan pendidikan terhadap peserta didik akan memiliki arah yang sama antara pendidikan yang ada di sekolah dengan kehidupan peserta didik sehari-hari di rumah. Arah pendidikan yang sama ini akan menjadikan pendidikan di sekolah selalu terdukung dengan kondisi peserta didik di rumah. Seandainya pendidikan di sekolah tidak searah dengan kebiasaan kehidupan peserta didik di rumah, maka pendidikan akan “bertepuk sebelah tangan”. Misalnya di sekolah diajarkan bagaimana cara berpakain muslimah yang baik ?, akan tetapi setelah peserta didik pulang ke rumah, apa yang telah di pelajari di sekolah tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di rumah. Seperti orangtua membelikan baju putrinya sesuai dengan model masa kini yang dapat dikatakan “you can see” atau pakaian orangtua peserta didik yang tidak mendukung terhadap apa yang telah diajarakan di bangku sekolah. Jika pendidikan semacam ini (tidak searah) terjadi, maka yang akan terjadi adalah ketimpangan dalam dunia pendidikan.
Pada awalnya home visit ini dimaknai hanya sebatas kunjungan sekolah kepada orangtua peserta didik semata, dalam arti lain hanya digunakan untuk tujuan silaturrahim seperti pemaknaan kunjungan keluarga dalam konteks keagamaan. Pada perkembangan selanjutnya home visit bukan hanya bermakna silaturraim saja akan tetapi lebih dari silaturrahim yaitu memiliki berbagai tujuan yang tercakup dalam usaha peningkatan mutu sekolah baik dalam hal peningkatan mutu peserta didiknya dan keterlibatan orangtua dalam dukungannya terhadap berbagai kegiatan program-program sekolah.
Pemaparan tentang program sekolah yang berupa home visit di atas maka dapar diketahui ada beberapa tujuan home visit yaitu untuk:
1.      Meningkatkan hubungan harmonis antara sekolah dengan orangtua peserta didik.
2.      Memperkenalkan program-program sekolah kepada orangtua
3.      Menyelesaikan masalah-masalah peserta didik di sekolah.
4.      Memberdayakan atau keterlibatan orangtua peserta didik terhadap pengembangan sekolah.
Ada beberapa tahapan yang harus dilalui untuk melakukan kunjungan ke rumah peserta didik di antaranya;
1.      Pertama; sebelum sekolah melaksanakan kunjungan ke rumah peserta didik hendaklah sekolah melihat terlebih dahulu dan mengenali siapa orangtua peserta didik yang akan dikunjungi, dan apa profesi yang dimiliki oleh orangtua peserta didik. Oleh karena itu, sebelum berkunjung, pihak sekolah terlebih dahulu harus dapat dipastikan siapa orangtua peserta didik yang akan dikunjungi.
2.      Kedua;Untuk mempermudah tugas sekolah dalam melaksanakan kegiatan kunjungan maka, pengetahuan tentang data orangtua ini sangat dibutuhkan. Data tersebut akan sangat bermanfaat dan membantu kelancaran pertemuan antara pihak sekolah dan orangtua peserta didik. Permasalahan ini muncul sebab ada beberapa orangtua peserta didik yang sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak dapat ditemui di rumah akan tetapi di tempat lain seperti; di kantor, di ladang, di pabrik, di hotel dan tempat-tempat lain sesuai dengan bidang profesi mereka masing-masing.
3.      Ketiga; setelah data orangtua peserta didik dapat diketahui dengan jelas maka, langkah selanjutnya adalah bagaimana sekolah dapat menghubungi orangtua peserta didik. Di mana, kapan dan jam berapa pihak sekolah dapat menemui orangtua peserta didik. Oleh karena itu, pemberitahuan sekolah akan berkunjung ke rumah peserta didik dapat melalui telpon atau secara lisan kepada peserta didik untuk disampaikan kepada orangtuanya. Penyampaian ini berfungsi untuk memastikan pertemuan antara pihak sekolah dengan orangtua peserta didik di rumah.
4.      Keempat; setelah dapat dipastikan dapat bertemu dengan orangtua peserta didik di rumah maka sekolah perlu mempersiapkan apasaja bahan pembicaraan yang akan dilakukan di rumah peserta didik. Misalnya masalah prestasi anak di sekolah atau masalah rencana atau program pendidikan yang sedang dilaksanakan. Penyampaian masalah ini biasanya dialkukan dengan menggunakan metode wawancara langsung. Metode ini membutuhkan ketrampilan dalam mengadakan wawancara. Selain membutuhkan kesabaran dan ketelitian yang ekstra hendaknya sudah dipersiapkan pertanyaan yang akan ditanyakan atau di diskusikan dengan orangtua peserta didik. Ada tatacara  dalam menyampaikan persoalan/problem peserta didik kepada orangtua. Di antaranya; pihak sekolah tidak boleh mengutarakan secara frontal masalah yang ada di sekolah akan tetapi sebelumnya terlebih dahulu menyebutkan tentang keberhasilan anak didik di sekolah atau keberhasilan program-program sekolah yang telah dilaksanakan. Setelah selesai mengutarakan keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai baru pihak sekolah mengutarakan kekurangan-kekurangan yang memerlukan dukungan dari orangtua peserta didik.
5.      Kelima; terakhir dari teknik pelaksanaan home visit ini adalah pihak sekolah memberikan kesempatan kepada orangtua peserta didik untuk memberikan tanggapan dan harapan kepada sekolah. Masukan (saran) dari orangtua peserta didik ini sangat diperlukan dalam rangka pengembangan sekolah ke depan. Kemudian pihak sekolah menyaring semua respon yang telah diutarakan oleh orangtua peserta didik agar dapat digunakan untuk memperbaiki kegiatan-kegiatan atau program sekolah dalam rangka memenuhi harapan orangtua peserta didik.

Kegaiatan home visit ini merupakan kegiatatan humas yang dapat memberikan umpan balik (feed back) dari orangtua peserta didik kepada pihak sekolah. Kegiatan home visit ini secara langsung melibatkan orangtua peserta didik berpartisipasi dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan sekolah. Mengenai bentuknya dapat berupa moral, bantuan tenaga, pemikiran atau berupa bantuan material yang tentunya disesuaikan dengan kemampuan masing masing orangtua peserta didik.Dengan demikian, tujuan sekolah dengan program home visit-nya  akan dapat tercapai dengan baik. Melalui kunjungan rumah ini pula, pendidik akan mengetahui secara utuh kegiatan peserta didik ketika berada di rumah. Apabila peserta didik dapat diketahui secara totalitas aspek kepribadiaannya maka program pendidikan akan mudah dilaksanakan termasuk kesulitan belajar peserta didik dapat teratasi , (Indrafachrudi;1994:69).
B.     Membuat Kuesioner untuk  Orang Tua
Kuisioner yaitu cara pengumpulan data tentang anak,dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada orang tua murid.Salah satu contoh kuisioner yang kami buat yaitu kuisioner untuk orang tua yang mempunyai anak autisme.M-Chat (Modified Checklist for Autism in Toddlers) adalah daftar pertanyaan yangdapat digunakan sebagai pegangan orang tua atau terapis untuk menentukan derajat spektrum autisme anak. Berikut adalah pertanyaan penting bagi orang tua :
1.      Apakah anak anda senang di ayun?
2.      Apakah anak anda tertarik bermain dengan anak lain?
3.      Apakah anak anda suka memanjat barang-barang, naik tangga?
4.      Apakah anak anda senang "ci luk ba"?
5.      Apakah anak anda pernah bermain pura2 melakukan sesuatu, misalnya bicara di telepon atau memelihara anak dengan boneka, main dokter-dokteran?
6.      Apakah anak anda menggunakan telunjuk untuk menunjuk saat minta sesuatu?
7.      Apakah anak anda menunjuk untuk memperlihatkan perhatiannya pada sesuatu?
8.      Apakah anak anda bermain sewajarnya, dengan mainan kecil seperti mobil-mobilan, balok kayu, dsb. Lebih dari sekedar gigit-gigit dan banting-banting?
9.      Apakah anak anda pernah memperlihatkan/membaca benda untuk diperlihatkan ke orang tuanya?
10.  Apakah anak anda bisa melihat anda ke mata lebih dari satu, dua detik?
11.  Apakah anak anda nampak terlalu sensitif terhadap kebisingan (sering menutup telinga)?
12.  Apakah anak anda memberi senyum balasan atas senyuman anda?
13.  Apakah anak anda bisa menirukan ekspresi wajah anda misalnya senyum atau merengut?
14.  Apakah anak anda menjawab panggilan namanya?
15.  Apabila anda menunjuk ke suatu benda/mainan, apakah anak anda mengikuti dengan pandangannya?
16.  Apakah anak anda bisa ikut melihat ke benda yang anda lihat?
17.  Apakah anak anda menggerakkan jari dengan cara yang tidak biasa di dekat mukanya?
18.  Apakah anak anda mencoba menarik perhatian anda pada aktivitasnya?
19.  Pernahkah anda berfikir, bahwa anak anda tuli?
20.  Apakah anak anda memahami yang dikatakan orang?
21.  Apakah anak anda menunjukkan pandangan kosong atau mondar mandir tanpa tujuan?
22.  Apakah anak anda melihat ke wajah anda untuk mengetahui adanya reaksi saat menemui sesuatu yang aneh?
Apabila jawabannya lebih banyak "tidak", maka sebaiknya berkonsultasi dengan profesional yang ahli dalam perkembangan anak atau mendalami bidang autisme. (Dwi Retno).
      C.    Komunikasi tertulis untuk orang tua
Beberapa macam Komunikasi tertulis adalah membaca dan menulis. Kedua ragam komunikasi tertulis ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, saling terkait erat. Seseorang membaca suatu teks karena ada yang menulis. Sebaliknya, seseorang menulis karena ingin menyampaikan ide, informasi, atau perasaannya kepada orang lain. Tulisannya itu berisi pesan yang akan dibaca baik oleh orang lain ataupun dirinya sendiri, seperti buku harian.
komunikasi tertulis telah dikenal anak sebelum mereka masuk sekolah. Keluarganya membacakan sesuatu (cerita, surat atau label makanan, misalnya), dan anak mengamati mereka membaca. Anak-anak pun belajar membaca (baca: seperti atau pura-pura membaca) tanda-tanda dan tulisan lainnya yang terdapat dilingkungannya. Mereka bereksperimen dengan tulisan (dalam bentuk coretan) dan meminta orang tuanya menuliskan sesuatu untuk mereka. Mereka juga mengamati bagaimana orang tuanya menuliskan sesuatu.
komunikasi tertulis adalah penyampaian dan penerimaan pesan yang menggunakan tulisan sebagai sarananya. Adapun tulisan adalah suatu sistem komunikasi manusia yang menggunakan tanda-tanda yang dapat dilihat (Barton, 1994:110). Secara sederhana, tulisan adalah wakil atau gambaran dari komunikasi lisan yang dituangkan ke dalam tanda-tanda yang dapat dibaca atau dilihat dengan nyata. Oleh karena itu pula, segenap unsur yang tertuang dalam tulisan mencerminkan atau melambangkan unsur­unsur yang mewakili komunikasi lisan.
Berkomunikasi dengan orangtua merupakan salah satu tanggung jawab pendidik. Demikian juga dengan orangtua, mereka perlu menjalin komunikasi dengan pendidik. Komunikasi timbal balik ini akan sangat efektif untuk memberikan layanan yang berkualitas kepada anak usia dini.  Orangtua dan pendidik saling berbagi informasi baik mengenai program lembaga maupun tentang individual anak.
Komunikasi tertulis dapat berupa memo,surat, e-mail, faksimele, bulletin dan lain sebagainya yang ditransfer melalui tulisan atau simbil pada sebuah media. Menurut Robbins (2003) jenis komunikasi itu digunakan karena berwujud dan dapat diverifikasi di pengadilan maupun sebagai bukti administrasi keuangan. Pada umumnya, pihak pengirim dan penerima mempunyai arsip yang dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu. Adapun kekuranggannya adalah menghabiskan banyak waktu, baik ketika menulis pesan maupun mendapatkan feedback sebuah surat. Biasanya untuk mendapatkan balasan dari pihak yang bersangkutan dibutuhkan waktu lebih dari dua hari untuk mendapatkan balasan dari pihak yang bersangkutan.
Contoh-contoh komunikasi tertulis untuk orang tua
Biasanya orang tua mempunyai waktu sebentar untuk berbicara dengan guru ketika mereka mengantar dan menjemput anaknya. Untuk itu perlulah komunikasi tertulis untuk orang tua.contohnya surat email dan surat  menjaga komunikasi antara guru orang tua tetap hidup.orang tua merasa dihormati dan dihargai bila para guru kirim email kepada mereka mengenai kemajuan yang sedang dilakukan anak mereka atau bagaimana anak mereka menolong anak lain,memecahkan masalah,atau mengatasi tantangan yang berat sekali,dan ada pula pesan pesan yang tertulis yang berbentuk surat yang  diberikan guru kepada orang tua.surat tersebut dapat berisi pesan pesan tentang perkembangan kemajuan anak,kelebihan maupun kelemahan anak.
Keluarga suka menerima berita tentang apa yang dilakukan anak mereka,tentang kemajuan atau kemunduran yang sedang dialami anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar