Cinta merupakan salah satu
kebutuhan jiwa yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Termasuk cinta dalam
keluarga, didalam keluarga sangat penting membangun rasa cinta contohnya cinta
kepada anak. Memiliki anak adalah harapan dari setiap pasangan suami istri.
Meskipun ada beberapa pasangan yang memutuskan untuk menunda memiliki anak
karena alasan tertentu,tak sedikit pasangan yang merasa gelisah jika setelah
lama menikah tak juga ada tanda tanda kehamilan. Berbagai upaya pun ditempuh
agar bisa segera mendapatkan momongan. Mulai dari mengambil anak sebagai
“pancingan”,menerapkan gaya hidup sehat, mengurangi beban kerja, hingga rutin
berobat pada ahli medis.
Setelah berhasil memiliki
anak,kemudian kita fokus pada cara mengasuh anak dengan penuh rasa cinta dan
sayang. Pada tahun-tahun pertama kehidupannya (bahkan sejak dalam kandungan),
anak mutlak memerlukan ikatan yang erat, serasi dan selaras dengan ibunya
untuk menjamin tumbuh kembang fisik-mental dan psikososial anak. Dengan
cara anak tak hanya butuh diberi makan, minum susu, mainan, atau pakaian bagus.
Anak juga butuh diberikan perhatian, dukungan ,cinta, dan kasih sayang yang
akan membuatnya merasa aman dan nyaman. Dan juga kita sebagai orang tua harus
memperhatikan minat, keinginan dan pendapatnya dalam hal menunjukkan kasih
sayang kita kepada anak. Namun, meskipun rasa cinta gampang diucapkan,
memberikan rasa cinta dan sayang ini tak semudah kelihatannya. Orang tua sering
beranggapan bahwa apa yang diberikan atau dilakukannya pada anak adalah
ungkapan dari rasa cinta dan sayang mereka. Contohnya saja yaitu orang tua suka
melakukan hal ini pada anak seperti :
- Melarang anak ikut melakukan pekerjaan rumah agar tidak kelelahan
Sebenarnya Cinta dan sayang orang
tua pada anaknya tidak harus dengan melarangnya mengerjakan pekerjaan rumah
karena khawatir anak akan kecape’an. Sebenarnya, mengikutsertakan anak dalam
kegiatan rumah tangga justru dapat melatih kemandirian dan rasa tanggung jawab
anak, misalnya : merapikan kamar sendiri, membereskan mainan, menyapu dan
lain-lain sehingga anak akan terbiasa mandiri dan tidak tergantung orang lain.
- Melarang anak menyentuh hewan peliharaan karena takut celaka.
Sebenarnya kita bisa membiarkan
anak menyentuh hewan peliharaan kita dirumah ,misalnya kucing. Akan lebih baik
bila orang tua ikut serta mengelus kucing tersebut serta memastikan kucing yang disentuh oleh anak adalah kucing jinak.
Setelah memegang kucing, orang tua dapat mengajarkan anak mencuci tangan dengan
sabun hingga bersih. Dengan menyentuh dan mengelus kucing, anak bisa belajar tentang kebersihan
sekaligus menyayangi binatang dan disana juga bisa mengenalkan konsep ciptaan
tuhan.
- Memberikan segala sesuatu yang diminta oleh anak
Orang tua tidak perlu selalu
mengabulkan permintaan anak. Anak sering meminta sesuatu hanya karena keinginan
sesaat atau sekedar ikut-ikutan. Disini orang tua dituntut untuk mampu
menimbang secara bijaksana. Apakah anak benar-benar membutuhkan benda yang
dimintanya? Apakah memberikan benda itu tak akan membahayakan anak? Sebaiknya
perhatikan dulu apakah mainan tersebut cocok untuk usia anak. Mainan yang
banyak bagian kecil yang bisa dibongkar pasang sangat tidak dianjurkan pada
anak batita karena pada usia ini anak masih suka memasukan berbagai macam benda
kedalam mulut. Mengasuh anak dengan rasa cinta dan sayang merupakan
tanggungjawab yang mutlak harus disadari oleh orang tua. Sebagaimana teori
tabularasa, anak adalah selembar kertas putih. Orang tualah yang pertama kali
menentukan tulisan dan warna yang akan digoreskan diatas kertas putih itu.
Untuk itu dalam mengasuh anak
dengan rasa cinta dan sayang tidak perlu melarang anak untuk ikut melakukan
pekerjaan rumah,melarang anak menyentuh hewan peliharaan karena takut celaka , memberikan
segala sesuatu yang diminta oleh anak dan lain-lain. Namun kita sebagai orang
tua harus pandai dalam memilah-milah mana yang tepat diberikan untuk anak dalam
mengungkapkan rasa cinta dan sayang kita kepada anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar